Blog

SPAM dan NRW Jadi Kunci DKI Capai Cakupan Air 100% pada 2030

tirto.id – Melalui Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus berupaya meningkatkan cakupan penyaluran air bersih melalui perpipaan hingga seluruh area atau 100 persen kawasan Jakarta. Penjabat (Pj.) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, menargetkan, cakupan pelayanan air bersih mencapai 100 persen pada 2030.

“Cakupan pelayanan PAM Jaya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sejalan dengan penambahan pelanggan dan peningkatan pelayanan yang dilakukan oleh PAM Jaya. Cakupan pelayanan pada tahun 2022 mencapai 66,26 persen,” kata Heru kepada Tirto, Selasa (24/9/2024).

Ia menjelaskan, salah satu langkah untuk meningkatkan cakupan penyaluran air bersih hingga 100 persen itu melalui Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Ada sejumlah SPAM di Jakarta yang sedang dibangun. Sementara itu, PAM Jaya juga tengah mendirikan SPAM lain untuk meningkatkan cakupan penyaluran air bersih hingga target 100 persen terpenuhi.

“Untuk memenuhi target 100 persen pelayanan pada tahun 2030, PAM Jaya melakukan pengembangan dan peningkatan pelayanan melalui pembangunan SPAM Buaran III, SPAM Pesanggrahan, SPAM Ciliwung, dan penyerapan SPAM Jatiluhur serta SPAM Karian-Serpong,” ujar Heru.

Sebagai gambaran, SPAM Jatiluhur mampu menyalurkan air bersih berkapasitas 4.000 liter per detik. SPAM Jatiluhur juga dapat menyalurkan air bersih hingga 300.000 sambungan rumah. Heru menyatakan, selain melalui SPAM, peningkatan cakupan penyaluran air bersih dilakukan pula dengan cara meminimalkan kerugian karena kehilangan air (Non-Revenue Water/NRW). Adapun persentase NRW mencapai 46,6 persen setiap tahun.

Lebih lanjut, Heru menjelaskan, NRW itu menimbulkan kerugian hingga Rp 2,5 triliun per tahun. Pipa yang tergolong tua dan rusak menjadi penyebab sebagian besar NRW tersebut. Selain pipa tua dan rusak, penyebab lain NRW itu adalah pencurian air atau mengambil air dari pipa PAM Jaya secara ilegal.

Heru menambahkan, di samping melalui SPAM serta meminimalkan NRW, PAM Jaya juga mendirikan tempat penampungan air bersih berskala besar alias reservoir komunal di kawasan yang jauh dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) atau booster pump. Kini, terdapat satu reservoir komunal di Marunda Kepu, Cilincing, Jakarta Utara, yang telah dibangun PAM Jaya. Sementara itu, PAM Jaya berencana mendirikan delapan reservoir komunal di Jakarta.

“Saat ini dilakukan program quick win, yaitu pembangunan reservoir komunal untuk memperbaiki suplai di daerah yang jauh dari IPA atau booster pump PAM Jaya,” tuturnya.

Heru meyakini, Pemprov DKI Jakarta melalui PAM Jaya dapat mencapai target cakupan penyaluran air bersih hingga 100 persen pada 2030. Sebab, cakupan penyaluran air bersih setiap tahun bertambah.

Berdasarkan rencana, pada 2025, target penambahan penyaluran air mencapai 3.680 liter per detik.

Lalu, penambahan 2.159 liter air per detik pada 2026, penambahan 3.352 liter air per detik pada 2027, serta penambahan 1.240 liter air per detik pada 2028. Kemudian, penambahan 838 liter air per detik pada 2029 dan penambahan 640 liter air per detik pada 2030. Dengan demikian, pada 2030, air yang disalurkan per detik mencapai 32.950 liter.

“Dengan menerapkan langkah dan strategi tersebut, target cakupan pelayanan 100 persen bisa tercapai pada 2030,” tegas Heru.

Pengamat tata kota, Nirwono Yoga, mengemukakan, PAM Jaya kini masih berupaya meningkatkan cakupan penyaluran air bersih. Dia menilai, PAM Jaya seharusnya sudah bisa mulai mencoba menyalurkan air siap minum.

“Yang baru ditargetkan adalah capaian distribusi air bersih, belum air siap minum seperti yang diujicobakan di Ibu Kota Nusantara. Jakarta harusnya sudah seperti Singapura, Melbourne, Sydney, Tokyo, atau London, di mana warga sudah bisa langsung minum air dari keran,” papar Nirwono.

Ia pun mendorong peningkatan cakupan penyaluran air bersih hingga 100 persen di Jakarta. Nirwono pun menyarankan PAM Jaya agar mengganti pipa yang sudah berkarat. Hal ini bertujuan meminimalkan NRW yang terjadi. Selain itu, ia menilai, pembangunan pipa baru seharusnya mengutamakan kawasan Jakarta yang kerap mengalami krisis air bersih. Misalnya, sejumlah kawasan di Jakarta Utara.

“Usia perpipaan yang sudah mulai uzur di atas 20 tahun, pipa mulai berkarat, perlu diganti baru,” urai Nirwono.

Ia menilai pula, walaupun keterbatasan anggaran APBN dan APBD, pemerintah diminta memprioritas pembangunan jaringan perpipaan air atau SPAM secara bertahap sampai 2030. Salah satunya dengan mengutamakan wilayah Jakarta Utara yang kerap mengalami krisis air bersih pada musim kemarau.

“Kawasan industri di Jakarta Timur, kawasan perkantoran dan komersial di Jakarta Barat, Pusat, dan Selatan,” ungkap Nirwono.